Kamis, 12 September 2019

HABIBIE, ORANG BAIK YANG "DIBENCI". Oleh :Prof Henry Subiakto

Menjelang Indonesia melangsungkan Sidang Umum MPR Maret tahun 1998, dan mengalami reformasi Mei 1998, banyak elit politik dan pejabat negara kasak kusuk tidak suka dengan pak Habibie.
Di antara mereka yang tidak suka itu, membuat gerakan klandestein, gerakan bawah tanah mengkritisi bahkan berseberangan dengan kekuasaan Suharto, atau kekuasaan Orde Baru. Salah satu alasannya Suharto dinilai terlalu percaya dan terlalu dekat dengan BJ Habibie.

Habibie dianggap diberi kekuasaan terlalu besar oleh Suharto. 7 Perusahaan strategis ada di tangan Habibie. Selain jabatan yang sudah lama sebagai Menristek, kepala BPPT, ketua ICMI, Pembina Golkar, hingga akhirnya dipilih Suharto menjadi Wapres yang mendampingi dirinya di Sidang Umum MPR 1998.

Banyak orang iri dengan jabatan Habibie yang berderet. Dari yang sekedar mempertanyakan apa Habibie bisa dan punya waktu untuk bekerja dengan begitu banyak jabatan. Sampai rumor-rumor yang mempertanyakan kenapa Soeharto begitu "tunduk" mengikuti keinginan "anak emas"nya ini? Sampai sampai Soeharto dianggap lebih memilih "dekat" dan percaya Habibie dengan ICMI nya dari pada dekat dengan tentara dan kaum nasionalis.

Saat itu muncul gerakan politik yang mengarah anti Suharto dan Habibie dengan Ikatan Cedekiawan Muslimnya. Gerakan klandestein itu tak hanya dilakukan oleh politisi dan aktivis sipil nasionalis, tapi juga mantan jenderal dan tentara. Mereka mulai tidak suka dengan penguasa Orde Baru yang begitu lekat dengan Habibie yang notabene membawa bendera Ikatan Cendekiawan Muslim.

Saat terjadi gerakan reformasi  Mei 1998 hingga Jakarta rusuh dan Soeharto menyatakan berhenti di tanggal 21 Mei. Praktis kekuasaan Soeharto beralih ke Habibie. Gerakan demo besar hingga kerusuhan yang membakar Jakarta telah mendesak presiden Soeharto mengundurkan diri atau berhenti dari jabatan presiden, dan praktis wakil presiden naik menjadi presiden itulah Habibie

Mahasiswa bersorak, Orde Baru tumbang, Habibie jadi Presiden ketiga. Indonesia memasuki era baru, era demokrasi, era presiden sipil. Saat itu walau presiden Habibie berhasil mengendalikan krisis politik dan krisis ekonomi dalam waktu singkat, tapi apresiasi padanya belum muncul. Padahal waktu itu rupiah sempat terpuruk hingga 17 ribu per dolar Amerika. Habibie berhasil menaikkan kembali hingga 8. Ribu per dolar Amerika dan stabil.

Tapi demo demo tidak berhenti. Ejekan pada Habibie sebagai presiden tidak berwibawa sering muncul dalam narasi narasi politik di berbagai tempat. Meme atau karikatur pak Habibie digambarkan sebagai  presiden berwajah kekanak kanakan  dengan mata melotot sering muncul dan dibawa oleh pendemo saat itu.

Puncaknya Sidang Umum MPR 1999 presiden Habibie ditolak Pertanggung Jawabannya oleh MPR. Sedangkan di luar gedung DPR MPR, Jakarta diwarnai dengan demo demo Mahasiswa yg menolak Habibie sebagai presiden, dan tuntutan Soeharto diadili. Pergolakan politik itu sampai memunculkan kasus Semanggi 1 dan Semanggi 2 yang membawa korban beberapa mahasiswa tewas.

Tekanan dan sentimen pada Habibie terjadi juga di level elite, banyak kepentingan bagi elite oportunis ingin menggusur pak Habibie. Hingga akhirnya pak Habibie tercatat sebagai Presiden Indonesia tersingkat. Walau beliau dikenal sebagai orang brilian, teknokrat yang handal dan jenius, tapi sebagai penguasa politik Habibie hanya bertahan setahun lima bulan menjabat presiden. Padahal beliau melakukan banyak hal selama setahun itu. Habibie lah yang menghasilkan banyak UU di tahun 1999 yang isinya landasan demokratisasi Negeri ini. Boleh dikatakan Presiden Habibie-lah yang membangun infrastruktur demokrasi, mengubah sistem otoriter Orde Baru menjadi sistem yang demokratis. Tapi Habibie pula yang pertama menjadi korban ganasnya politik bebas dan demokratis. Tak hanya dicela dan dihina saat berkuasa, tapi hasil rekayasa teknologinyapun sempat tak dihargai. Habibie dituduh bagian dari Orde Baru, kelanjutan Soeharto, sehingga banyak unsur masyarakat saat itu menolaknya berkuasa. Padahal Soeharto dan keluarga Cendana justru sejak Habibie jadi Presiden hingga lengser, tidak diterima oleh keluarga itu. Soeharto tidak mau ketemu Habibie. Habibie dimusuhi diperlakukan sebagai  "pengkhianat" Cendana.

HABIBIE MENJADI TELADAN

Selepas Habibie tidak menjadi presiden karena tidak mengajukan diri, di Sidang Umum 1999, Habibie lebih banyak disibukkan dengan urusan pengabdian pada ilmu  pengetahuan, teknologi  dan keluarga. Sebagai mantan presiden Habibie menjunjung etika. Dia tidak lagi ikut politik praktis. Habibie tidak pernah mengeritik Pemerintah atau Presiden penggantinya. Etika moral demokrasi dia pegang. Habibie tidak pernah mengumbar pernyataan yang kontroversi atau menyerang pemerintah. Dia mengikuti tradisi para pemimpin dunia dari negara negara Barat yang maju, bahwa para mantan presiden itu tidak elok bicara menyoroti pemerintahan sesudahnya.

Karena keteladanan pak Habibie, justru rakyat simpati kepadanya. Orang mulai banyak melihat kebaikan kebaikan pak Habibie. Apresiasi terhadap karyanya kembali mengemuka. Kerinduan pada sikapnya yang demokratis mulai muncul dimana mana. Apalagi secara romantis pak Habibie juga bisa menjadi teladan tentang perjuangan dan cintanya pada istri tercinta ibu Ainun. Walhasil pak Habibie menjadi tokoh terhormat dan teladan bagi kita semua. Hujatan hujatan seperti saat dia berkuasa ataupun saat Timor Timur lepas dari Indonesia karena kebijakannya menyetujui referendum 1999, tidak ada lagi, terhapus oleh pujian dan kekaguman kebaikan kebaikannya selama mengabdi Indonesia hingga di masa tua beliau. Bahkan presiden Jokowi maupun SBY, Bu Mega dan GusDur, menaruh hormat kepada presiden ke 3 Habibie. Habibie menjadi tokoh yang nyaris sempurna bagi panutan bangsa. Kalau ada hal penting beliau datang dan memberikan masukan langsung ke presiden. Habibie tak pernah "mempermalukan" penerusnya. Habibie adalah teladan bagi negarawan, tapi Habibie juga teladan bagi ilmuwan. Bahkan bagi para suami, ayah dan kakek, sosok Habibie adalah  panutan.

Namun, kita telah kehilangan sosok teladan itu. Allah Sang Khaliq memanggilnya di usia 83 tahun. Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Selamat jalan pak Habibie. Selamat jalan pahlawanku. Selamat jalan teladanku dan idolaku. Kami Bangsa Indonesia tidak akan melupakanmu. Hari ini kami berduka mengantar kepergianmu, kami hanya bisa berdoa semoga arwahmu diterima disisiNya dan dikumpulkan dengan wanita yang kau cinta, ibu Ainun di JannahNya, amin. Alfatehah.

Henry Subiakto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar