Jumat, 13 Januari 2017

Bersikap Adil dan Acceptance terhadap mereka yang berbeda itu sulit

Negeri ini harus diakui semakin banyak memiliki Sumber Daya Manusia yang berkualitas, baik dari sisi akademik, intelektual, bahkan skill profesional. Yang masih lemah dari SDM kita adalah kemampuan sosial untuk berfikir out of the box. Kita masih sulit melepaskan diri dari frame of reference dan field of experience dalam berkehidupan sosial dan bernegara.Kedewasaan hidup secara sosial dalam keberagaman, walau pendidikannya tinggi, masih banyak di antara kita yang kejiwaannya belum "luwes", belum bisa "accept" menerima perbedaan. Acceptance itu tahapan tertinggi dari kehidupan plural berbineka. Berada di atas toleran. Kalau toleran itu "hanya" membiarkan tidak saling ganggu dengan yang berbeda. Acceptance bisa menerima perbedaan secara menyeluruh sebagai ciptaan Al Khalik. Dengan acceptance, kita bersedia menerima orang yang berbeda keyakinan atau SARA tidak hanya sebagai teman, tapi juga sahabat, saudara, keluarga, bahkan pemimpin. Keikhlasan menerima ini dengan berbagai alasan masih banyak ditolak. Biasanya tafsir terhadap agama dijadikan landasan penolakan. Pertanyaan kritis kenapa Tuhan menciptakan atau menakdirkan Indonesia ini warganya beragam? Seakan tenggelam dengan keyakinan pada tafsir masing-masing ajaran agama. Kenapa Allah menciptakan manusia beragam Suku, Agama, Ras dan Antar agama? Sering terkubur oleh keyakinan atas tafsir dan doktrin masing-masing agama.Jadi jangankan menerima atau acceptance, membiarkan perbedaan atau toleran saja bisa disalahkan. Mereka yang sudah toleran atau "acceptance" terhadap perbedaan tadi, justru malah disalahkan, tidak diterima, bahkan disamakan dengan orang yang berbeda. Walau seagama dan sesuku, karena "acceptance", dinilai tak beraqidah, munafiq dll, "diadili" berdasar frame of reference tafsir yang mereka bakukan.Inilah persoalan kedewasaan berkehidupan sosial kita. Walau Tuhan yang menciptakan perbedaan itu, tapi kita ciptaanNya malah tidak bisa menerima perbedaan itu sendiri dengan dalih berdasar pemahaman terhadap perintah Tuhan. Jadinya kita sering belum bisa bersikap "adil" terhadap ciptaan Allah yang berbeda beda. Lalu apa ya maksud Allah menciptakan manusia itu berbeda beda Suku, Agama, dan Ras? Apakah bukan utk menguji kita agar bisa bersikap Adil?

Henri Subiakto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar